Jumat, 12 September 2008

Training... Pentingkah..??

SEMUA LEVEL PERLU TRAINING
Walau sering mendengar istilah pelatihan, Anda mungkin masih belum bisa
membedakan antara kursus dan training. Menurut Sylvina Savitri,
konsultan EXPERD, kursus lebih mengarah pada hard skills, sedangkan
training lebih fokus pada soft skills, misalnya kepemimpinan dan motivasi.

Intinya, pelatihan akan mengasah kemampuan yang Anda miliki dan memberi
pengetahuan yang Anda butuhkan untuk pekerjaan Anda sekarang. Seperti
kursus singkat, tapi lebih fokus pada hal yang praktikal dan aplikatif.

Menurut Sylvina, banyak manfaat yang bisa dipetik dari pelatihan. Selain
bisa membantu Anda mengerjakan pekerjaan yang kini sedang Anda lakukan,
wawasan Anda akan bertambah dan jaringan kerja akan makin luas.
Idealnya, bila akan dipromosikan, Anda perlu mengikuti training terlebih
dahulu.

Semua karyawan, di bidang pekerjaan apa pun, memerlukan pelatihan.
Bahkan, setiap posisi di perusahaan, dari staf hingga direksi,
memerlukan pelatihan. Karena, tantangan yang dihadapi selalu berkembang.

TRIK MEMILIH
Jenis pelatihan untuk setiap tingkat jabatan tentunya berbeda. Namun,
ada pelatihan dasar yang perlu diikuti setiap karyawan, tanpa melihat
jenis pekerjaan dan jabatannya. Setiap perusahaan biasanya memiliki
jenis pelatihan sendiri, sesuai bidang usaha yang dijalankannya.

Untuk pelatihan individual, Sylvina menyarankan Anda mencari jenis
pelatihan yang paling bisa diterapkan untuk pekerjaan Anda sekarang ini.
Kota-kota besar biasanya memiliki sarana pelatihan yang memadai. Namun,
ada juga yang mengikuti pelatihan sampai ke luar negeri.

Bentuk pelatihan pun kini beraneka ragam. Metode pengajaran seperti guru
dan murid rasanya sudah tak lagi menarik. Menurut Sylvina, metode
seperti itu tak cocok untuk adult learning yang lebih banyak
mengandalkan pengalaman.

SIAPA YANG MENYEDIAKAN?
Perusahaan yang sudah mapan umumnya menyediakan berbagai jenis pelatihan
untuk karyawannya. Jika menemukan pelatihan yang sekiranya bagus untuk
mendukung pekerjaan Anda sekarang, tak ada salahnya Anda mengajukan diri
pada atasan.

Namun, jangan lupa menyusun program kerja setelah pelatihan dan
menjelaskannya. Selain itu, Anda bisa mentransfer ilmu yang baru Anda
dapatkan kepada teman-teman lain. Anggap saja, bayar untuk satu orang,
dapat satu tim.

Evaluasi setelah pelatihan perlu dilakukan, misalnya apakah Anda
menyukai pelatihan tersebut, bagaimana pembelajarannya, mendapat ilmu
apa saja, lalu bagaimana implementasinya. Akan lebih baik bila mendapat
evaluasi 360 derajat. Artinya, evaluasi dari anak buah, rekan kerja,
atasan, dan klien. Jika semuanya dinilai baik, berarti diharapkan
produktivitas karir Anda akan meningkat.

Rabu, 10 September 2008

Atasan Juga hanya manusia seperti kita

Bagi sebagian orang, istilah ?mengatur? atau ?mengelola? terkesan
?nakal? dan tidak biasa. Pasalnya, hubungan dengan atasan, selama ini
lebih sering bersifat ?top-down?, bukan ?bottom-up?. Jadi, mana mungkin
atasan bisa diatur, kecuali ada sesuatu di balik hubungan itu?

Tapi, beberapa penelitian terkini justru menyebutkan, mengelola atasan
sebaiknya dilakukan. Itulah kesimpulan John P. Kotter dan John
J.Gabarro, dosen Harvard Business School, pada artikel ?Managing Your
Boss di majalah Harvard Business Review beberapa waktu lalu. Pendapat
mereka didasari fakta, efektivitas kerja sama di kantor akan tercapai
apabila para bawahan meluangkan waktu dan berupaya membina hubungan baik
dengan atasannya.

SALAH MEMBACA HUBUNGAN
Kisah sedih dialami Reita Wirawan (33), pekerja berbakat di sebuah biro
iklan. Otak brilian dan ide cemerlang membuat kariernya melesat. Sebagai
karyawan ?bintang?, ia pun memperoleh atasan ?bintang?.

Ory Sandy, atasan yang terkenal kejeniusannya, tak pandai berkomunikasi.
Konflik demi konflik terjadi, sampai akhirnya sebuah iklan yang
diluncurkan gagal di pasar.

Hasilnya, Reita menanggung kesalahan, karena track record Ory
menunjukkan: ia tak punya masalah dengan bawahan-bawahan sebelumnya.
Boleh jadi perusahaan beranggapan, memiliki seorang Ory lebih bermanfaat
ketimbang Reita.

Kisah ini bisa saja dikategorikan sebagai kasus yang melibatkan konflik
personal. Nyatanya, tulis Gabarro dan Kotter, konflik personal hanyalah
sebagian kecil dari masalah.

Dalam analisis mereka, Reita memiliki kepribadian yang berbeda dari Ory,
serta asumsi dan ekspektasi yang tidak realistis akan hubungan
bawahan-atasan. Reita lupa bahwa hubungannya dengan Ory membutuhkan
ketergantungan timbal-balik.

Banyak orang berlaku seolah-olah para atasan tidak membutuhkan bantuan
dan kerja sama dengan bawahannya. Banyak bawahan tidak tahu, atau tidak
mau tahu, para atasan juga dapat terluka dan sakit hati karena perlakuan
bawahannya. Mereka menganggap dirinya sangat mandiri, karena tahu apa
yang terjadi di bawah, sementara mereka tidak menyuplai info kerja yang
diperlukan atasan.

MEMAHAMI ATASAN
Mengelola atasan memerlukan pemahaman akan diri sang atasan. Minimal,
kita perlu menghargai semua tujuan dan tekanan, mengenal kekuatan dan
kelemahannya. Bagaimana cara pandang atasan dalam jangka panjang ataupun
jangka pendek? Lebih jauh, Anda juga perlu memahami gaya bekerja yang
disukai atasan supaya kerja sama dapat lebih efektif.

JANGAN BERMIMPI MENGUBAH ATASAN
Memahami atasan, baru merupakan langkah setengah jalan. Setengahnya
lagi, diri sendiri pun harus dipahami. Dengan memahami diri sendiri,
Anda akan menjadi lebih sadar sifat dan perilaku apa saja yang dapat
memfasilitasi atau merusak hubungan dengan atasan.

Perlu diketahui, kendati hubungan atasan-bawahan bersifat timbal-balik,
dalam banyak kasus terbukti bawahan lebih tergantung pada atasan. Reaksi
instingtif bawahan, berkenaan dengan ketergantungan ini, sering
membuahkan pembangkangan. Mereka melihat atasan sebagai musuh, dan
akibatnya bersedia bertengkar just for the sake of fighting. Bila ini
juga terjadi pada Anda, segeralah kembalikan kesadaran pada keadaan normal.

Memahami diri sendiri membuat Anda lebih dapat mengendalikan diri.
Bagaimanapun perbedaan pendapat dengan atasan, Anda dapat memberi kesan
bahwa Anda menghormati dan menghargainya. Perbedaan pendapat selayaknya
bahwa setiap orang memiliki kacamata tersendiri dalam memandang suatu
persoalan. info lowongan pekerjaan dapat dilihat di klikkarir.com

mengalahkan anak emas dengan menjadi anak berlian

Yang namanya anak emas, mungkin ada di setiap perusahaan. Yang lebih
menyebalkan, karena dia sering absen, tugas-tugasnya sering kali
dilimpahkan kepada Anda atau teman-teman lain. Mungkin, ada perasaan
kesal bercampur iri melihat perlakuan-perlakuan atasan yang Anda rasa
tidak adil. Tapi, jangan patah arang dulu. Kalau dia jadi anak emas,
mengapa Anda tak berusaha menjadi ?berlian??

CARI KELEBIHANNYA
Walau terdengar klise, Anda tetap perlu bersikap profesional. ?Anak emas
selalu dikonotasikan sebagai hal yang negatif. Padahal, pada
kenyataannya, anak emas itu justru perlu dilihat secara positif karena
memiliki kelebihan. Daripada memikirkan rasa iri itu, lebih baik Anda
mencoba melihat kelebihannya, kata Sylvina Savitri, konsultan dari EXPERD.

Biasanya, yang menjadi anak emas adalah mereka yang mempunyai keahlian
khusus, yang tidak dimiliki karyawan lain.

Berusahalah tetap berteman dengan si anak emas. Walaupun sulit, cobalah
menyingkirkan perasaan-perasaan negatif terhadapnya. Dengan demikian,
Anda akan lebih mudah melihat kelebihan yang dimilikinya. Siapa tahu,
Anda juga bisa ?mencuri? ilmu darinya.

BUATLAH ATASAN MELIRIK ANDA
Menjalin hubungan dekat dengan bos bisa membuat Anda lebih terlihat.
Pilihlah cara yang elegan. Tak sedikit karyawan yang menganggap bahwa
bos itu terkesan ?angker?. Jadi, daripada repot-repot membina hubungan,
lebih baik Anda bermain di zona yang aman, yang penting pekerjaan Anda
selesai.

Sylvina menilai, prinsip lowongan kerja seperti itu kurang tepat. Jika mau
dilirik juga, tak ada salahnya lebih sering berada di lingkungan bos.
Dengan demikian, Anda bisa memberikan hal-hal yang diperlukan oleh atasan.

ANDA BOLEH KOMPLAIN
Jika Anda karir dalam satu tim yang sama dengan si anak emas dan
ternyata dia tidak menunjukkan performa kerja yang baik, rajin-rajinlah
membuat catatan. Misalnya, pada tenggat yang sudah ditentukan, si anak
emas tak bisa menyelesaikan pekerjaannya. Buatlah laporan kerja itu dan
berikan kepada atasan. Pilihan kata yang tepat sangat penting. Jangan
memberi kesan bahwa Anda menjelek-jelekkan si anak emas itu.

Bukan tak mungkin atasan Anda akan langsung memasang pagar dan bersikap
defensif. Karena itulah, Anda perlu menekankan pada pemberian masukan.
Jangan menghadapnya dan langsung menyerang. Jika alasan Anda tepat,
misalnya teman-teman merasa terganggu oleh sikap kerja si anak emas,
kemungkinan besar si atasan akan lebih terbuka.

Jika merasa lebih nyaman, Anda boleh menyampaikan keberatan Anda
langsung kepada si anak emas. Mungkin juga, ia akan kaget dan menyangkal
hal itu. Tapi, sampaikan secara baik-baik bahwa sikapnya menjadi
hambatan. Jangan menunjukkan kekesalan Anda. Biarkan dia mencerna pesan
yang ingin Anda ungkapkan. Setelah pembicaraan tersebut dan ia sudah
lebih tenang, bersikaplah biasa saja. Jagalah pertemanan agar hubungan
kerja Anda dengannya tidak terganggu.

Jadi, jangan membuang-buang waktu Anda untuk mengeluh dan mengeluh.
Segeralah bergerak dan jadilah ?berlian?.